Selasa, 20 Desember 2011

Forecaster and Love #part 7

 Lima Sekawan

"Kemarin gimana kalian jalan-jalannya? maaf ya gue nggak bisa ikut" sahut Sinta waktu kami main ke rumah George. "gue juga nggak bisa ikut kok" kata George. "gue juga ada les" kata Jason. Sinta mengerutkan dahinya, dan tersenyum, "oo.. jadi cuma kalian berdua ya? Tere? Sandy?". Gue sama Sandy yang lagi nyari-nyari buku di perpustakaan pribadinya George langsung ngomong bareng, "Hah?", "kenapa?" kata gue. "kalian kemarin cuma jalan berdua? wow, ngapain aja?", denger pertanyaan Sinta, gue sih cuma ngangguk. Si Sandy yang mencoba jawab pertanyaan George itu "yeah, abis kalian nggak bisa dateng. kemarin cuma makan sama beli buku kok.", Jason yang daritadi diem aja sambil ndengerin lagu jadi ikut nyambung juga, "nggak nonton?". "enggak, filmnya nggak ada yang bagus" kata gue blak-blakan. "kemarin kenapa nggak bales sms gue, Ter??" kata Jason. "iya, baru mau gue bales, eh si Sinta telpon." kata gue yang punya prasaan nggak enak sama Jason. "kan setelah Sinta telpon, bisa bales sms gue." habis ngomong gitu, si Jason langsung buang muka dan masang headphone nya lagi. Dasar sok cool. Tapi gue merasa salah juga sih, kenapa gue lupa. huh. maafin gue Jas..
"ohh, jadi ada yang jealous ni, hahaha" kata Sinta sambil nyenggol sikunya Jason. "siapa yang kamu maksud?", kata Jason. "elu lah, Jas" kata George. Denger percakapan mreka, si Sandy kaget. "ooh, Jason pacarnya Tere ya? maaf gue nggaktau. I'm sorry, Jas". Jason geleng, "enggak kok, Sinta bo'ong. Nggak usah dipercaya" Si Sandy emang nggaktau apa-apa. Apalagi soal Via, jangan inget-inget itu lagi deh.  "Udah deh, nggak penting banget" kata gue.
"main kartu UNO yuk" kata George menawarkan. "yuk," kata Sandy. Gue sih ikut-ikut aja. anyway, di perpustakaannya George bukunya bilingual smua. jadi harus bolak-balik kamus kalau ada yang nggak ngerti.

Selesai main di rumah George, yang lainnya udah pada mau pulang, gue langsung nelpon rumah gue. "halo mbak? pak Yayat bisa jemput di rumah George?" kata gue sambil ndengerin jawaban mbak yanti di rumah. "Hah? nggak bisa? naik becak? ohh, yaudah, makasih mbak" lanjut gue. Sial, nggak ada yang njemput gue nih. mana si Sinta udah pulang. Rumah George lumayan jauh dari rumah gue, jadi gue nggk berani pulang sendirian pakai angkot atau angkutan umum lainnya. Yaudahlah, naik becak juga nggak masalah. lagian udah sering. "Mau bareng?" tawar Jason yang nyadarin gue yang lagi ngelamun. "nggak usah" gue menggeleng. "Eh, lo mau tinggal disini? Di sini kan perumahan. nggak ada becak masuk-masuk komplek." bener juga ya. "ayo.. atau mau sama Sandy lagi?" kok Jason tau sih kalau kemarin Sandy yang nganterin gue pulang.. "Ya, ya .. gue ikut" kata gue selanjutya. hemat ongkos, skalian gue mbuktiin kalau gue nggak suka sama Sandy. Akhirnya gue pamit sama orangtuanya George, terus masuk ke mobilnya Jason.
Di dalem mobil, si Jason diem aja. Beda banget sama Sandy yang slalu cerita ini itu tentang pengalamannya di Sidney. Bener-bener nggak ngerti sama sikapnya Jason, ni cowok homo atau apa sih? Gue kan nggak suka kalau canggung gini. "diem aja sih lo? sakit?" kata Jason kemudian. "iya, sakit perut ngliat muka lo" dia senyum, "muka lo juga bikin gue eneg" ngajak brantem ni anak. gue diem aja. "oh iya, gue lupa mau ngasih ini ke lo" Jason ngasih gue buku kesukaan gue, buku yang bener-bener udah lama gue cari. "wah, serius ni? lo beli dimana? ini kan terbatas jumlahnya, nggak di semua toko ada.." si Jason nepuk-nepuk kepala gue. "lo nemuin buku, kaya nemuin emas permata aja. Ya, ini buat lo aja deh. Gue nggak suka. Gue di kasih sama sepupu gue, tapi gue nggak suka baca" kata Jason ngejelasin. "cuma-cuma nih?" kata gue. "Gimana yaa.. sebenernya sih mau gue suruh bayar. Tapi karna lo mukanya boros, ni gratis aja deh buat lo." Gue mandangin buku itu, langsung senyum ke Jason. "makasih ya." Jason senyum sambil ngangguk. "Eh, dah sampe perumahan lo tu, tunjukin gih nomer berapa" gue ngangguk terus langsung nunjukin jalan ke supirnya Jason.
Setelah sampai di depan rumah, gue turun dan bilang ke Jason dan supirnya, "makasih Jas, makasih pak", Jason cuma ngangguk, supirnya yang ramah langsung nyaut "iya neng" Jason nglanjutin ramah, "bye". Gue nutup pintu mobil dan segera masuk ke rumah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berbagi komentar itu indah :)