Rabu, 23 November 2011

Forecaster and Love #part 2

 Haruskah? Apa ini semua udah direncanakan?

Jam sekolah udah selesai, anak - anak SMP Putra Bangsa ke luar kelas serentak. Gue nemenin Sinta makan ke kantin. "fisika ribet banget, jadi haus gue" kata Sinta. "Sin, maaf-maaf ya, tapi apa hubungannya sih?" Sinta ketawa, gue ketawa.
"Eh, tu pacar lo" kata Sinta sambil melirik ke arah Jason. "enak aja, gue pilih-pilih ya. selera gue 11 12 ma David Radcliffe". "lucu lo! di Indonesia nyari bule kaya dia, di Bali aja belum tentu ada. hahaha, lagian kenapa sih? guru - guru juga dah pada tau kan kalau dia suka sama lo? dari kemaren diejekin mulu" ujar Sinta sok tau. "ahh, itu sih dah biasa. emang kalo diejekin harus jadian?! dah lah, orang sok cool kaya gitu bukan tipe - tipe gue." kata gue kesel. "cabut yuk" gue nglanjutin.
gue nggaktau kenapa setiap ngobrol sama Sinta gue slalu ngrasa seneng. mungkin karena dia sahabat gue dari SD kali ya, soalnya orang - orang menilai gue orangnya jutek, cuek, dan bicara seperlunya. Cuma Sinta sahabat sejati gue.
Keesokannya, gue brangkat sekolah bareng Sinta.Gue bahagia dari pagi sampai kebahagiaan gue terhenti di kerja kelompok sejarah, (yang emang kenyataannya) gue sekelompok sama Jason.
"Gini aja, kita kan ada 5 orang, Vera yang nulis soalnya tulisan lo rapi, gue nyari nomer ganjil pilihan ganda, Clarien nyari nomer genap pilihan ganda, Ernest essai ganjil, Jason ...." tatapan gue terhenti ke arah Jason yang ribut sendiri sama kelompok lain "Jason !! dengerin dong! kita kan kerja kelompok!", dia nengok dengan tampang sok cool nya, ndeketin mukanya ke muka gue dengan senyumnya yang sok cool, terus dia melanjutkan obrolannya."Aha! andelin aja tampang lo itu. oke, gue nyari jawaban essai yang genap juga. nggak masalah"
Pelajaran Sejarah telah usai. Bu Sisil, guru matematika kami segera masuk kelas dan lekas mengumumkan hasil ulangan minggu kemarin. beliau selalu membaca urut dari nilai yang paling rendah sampai yang paling tinggi. " ... Tari 89, George 95, Tere 98, Jason 100" anak - anak heboh dan mulai berbisik - bisik. oke, gue kesel lagi. Bukan, bukan, bukan gue iri ma Jason, tapi ngrasa nggak adil aja, cowok nyebelin kaya gitu dapet nilai sempurna di matematika? Dan dari situ gue baru tau kalau Jason bener - bener pinter. Gue janji buat ngalahin dia nanti. 
Seminggu kemudian, di kelas gue ada pemindahan tempat duduk. Ini minggu diatur, artinya semeja cewek - cowok. Kebetulan si Jason gg masuk, cuma dia satu - satunya anak yang nggak masuk hari ini. kenapa ya?? padahal dia slalu masuk sekolah. aneh.
wuaa.. kenapa gue jadi mikirin dia? mending gue mikir ntar duduk sama siapa. Bu Bernadeth wali kelas gue manggil gue untuk mbagiin kertas yang dilipet - lipet kecil yang ada isi nama anak - anak kelas 9 ini. Kertas yang isi nama anak cowok di sebelah kanan, yang cewek otomatis di sebelah kiri tangan gue. Anak - anak pada ngambil kertas itu dan manggil pasangannya masing - masing. Jumlah murid di kelas gue ada 30 termasuk gue. 28 anak dah dpet pasangan semua. Brarti ada satu anak yang belum ditulis. Gue bingung dan nanya Bu Bernadeth, "bu, saya duduknya sama siapa?" Bu Benadeth menggunakan kacamatanya dan melihat ke arah gue. "Lhoh, oiya, ibu lupa nulis nama kamu, tadi ibu cuma nulis nama anak - anak yang duduk di depan ibu. mmm.. hari ini ada yang nggak masuk ?" haduh, gue dah tau apa kejadian selanjutnya. pasti gue duduk sama Jason. "mmm, Jason bu" kata Sherly yang duduk paling depan. "oke, brarti pas. kamu duduk sama Jason ya, nak." Bu Bernadeth senyum ke arah gue. Gue ngangguk. kenapa sih harus sama dia? kenapa kejadian ini berjalan gitu aja? apa emang udah direncanain? Gue? Jason ? Gue menggerutu sendiri dan memindahkan tas ke meja yang kosong.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berbagi komentar itu indah :)