Senin, 22 Oktober 2012

Rumah Asing

          "Harry, kau sungguh sungguh ingin masuk ke rumah itu?" Tanya Horan saudara kembarku. Banyak teman - temanku yang membicarakan rumah angker itu dengan berbagai versi cerita yang tidak masuk akal. Semenjak aku melihat bayangan di balik jendela rumah itu kemarin, aku semakin penasaran dan ingin tahu ada apa di dalam rumah itu.
          Sekarang, aku dan Horan sudah di depan rumah mengerikan itu. Memang, rumah itu terlihat kusam dan tak terawat. Ada secercah rasa takut saat aku ingin mengetuknya. Horan adikku, hanya berani berjalan di balik punggungku. Ia memang anak yang penakut. Hembusan angin senja hari yang sedikit kencang semakin membuat berdiri bulu kudukku.
         'Tok tok tok tok' suara jemariku mengetuk pintu rumah tua. Perlahan pintu itu terbuka terlihat tidak berpenghuni. Terdapat barang barang meubel yang tertata di ruang tamu rumah tua ini. Kamipun menginjakkan jejak perlahan namun pasti masuk ke rumah misterius ini.
        "Suara apa itu?" tanya Horan yang sedang melihat sekeliling.
        "Suara apa?" tanyaku. Horan terdiam seakan mencari asal suara itu.
        "Hentakan kaki !! Ayo kita keluar !! Hantu itu benar benar ada !!" bisik Horan yang suaranya 'sangat jelas' terdengar olehku. Suara hentakan kaki itu terdengar semakin jelas dan semakin jelas.
 .
 .
 .
 .
 .
 .
 .
 .
 .
 .
 .
 .
        "BBBBBBBAAAAAAAAAAA!!!!!!!!!" teriak pria setengah baya memakai kaos berwarna putih.
        "LAAAAARRRRIIIIIII" teriak Horan sambil menarik bajuku. Entah mengapa aku tak dapat berlari dari tempat semula aku berdiri. Mungkin karena aku terlalu ketakutan sehingga tubuhku berdiri kaku.
        "Hohoho... Tumben sekali ada tamu!" pria itu memandangi kami berdua dari ujung kaki sampai ujung kepala. "Uh, saudara kembar?" ucap pria itu heran.
         "A..a..aku .. Harry, da..n a-adik ..ku Horan. Uhhh, emmm, jadi, a.. apakah anda ha..hantu?" Jawabku kikuk.
       "Bicara apa kamu? Tentu saja tidak. Yah, bagaimana kalau kita duduk dan mengobrol sebentar, sepertinya ada yang perlu diselesaikan." ucap pria itu dengan tampang ramah. Sampai sini aku tau hantu tak ada yang memakai sandal jepit dan menyuruh kami duduk. Aku hanya mengikuti perintahnya. Horan yang hampir menangis juga mengikutiku duduk di sofa antik yang sedikit berdebu.
      "Hmm.. Jadi bapak ini siapa?" tanyaku yang tidak ingin basa basi.
      "Perkenalkan, nama saya Frans. Saya pemilik rumah ini." jelasnya.
      "Tapi kenapa kami jarang melihat anda? kita kan tetangga?" tanya Horan sedikit ragu.
      "Iya nak, saya selama ini sedang menjalani studi memasak di luar negeri. Saya hanya ke Indonesia setiap enam bulan sekali. Kebetulan saya baru pulang kemarin malam dan sedang membereskan rumah pada saat kalian datang, jadi maaf ya kalau rumah ini terlihat tidak terurus." jelas Pak Frans
     "Oo, begitu. Bapak hanya tinggal sendirian?" tanyaku sambil menggaruk kepala yang memang sedang tidak gatal.
     "Betul, saya ke Indonesia hanya untuk menjenguk keluarga dan berkumpul bersama teman. Maka dari itu, saya di sini hanya mengontrak. Oiya, kalian mau makan? Saya sedang memasak makanan yang sangat enak" ucapnya menawarkan.
     "Wah, tidak u..." belum selesai bicara, kalimatku sudah dipotong oleh Horan.
     "Ayolah, aku ingin makan makanan yang dibuat langsung oleh chef nya!" jelasnya girang.
     Pak Frans hanya tertawa. Ia segera mempersilahkan kami ke ruang makannya yang terlihat dekat dengan dapur. Dapurnya memang luas dan bersih. Kamipun segera menyantap makanan lezat buatan Pak Frans atau mungkin lebih tepatnya Chef Frans.
     Penampilan makanannya tidak kalah lezat dengan rasanya. Saat menyantapnya terasa sekali keju Mozarella yang meleleh di lidahku. Masakan ini sungguh lezat. Dan mulai saat ini, tidak ada yang boleh menjuluki rumah ini rumah angker lagi.

Sabtu, 13 Oktober 2012

Just Make Me Strange :')

Sebuah organisasi yang tak asing bagi gw. Baru gw hampiri setelah lama gw nggak kembali. Mungkin banyak (sekali) yang gw lewati seakan 'ketinggalan zaman'.
Dua guru yang memiliki karakteristik berbeda. Yang pertama mengundang, dan yang lain kebalikannya. Saat langkah gw berjalan untuk bergabung, seakan tak menemukan orang yang gw kenal. Yah, seakan ada jarak diantara gw dan kalian.
Ini dari sudut pandang gw.
--
Entah mereka yang memang seperti itu, atau gw yang memandang terlalu berlebihan.
Banyak kemungkinan.
Kedatangan gw seakan mengganggu mereka. Tak ada rasa bahagia di benak mesti seharusnya gw merasa 'bahagia'.
Saat berbicarapun tak sedikitpun rasa 'interest' dari gw dan mereka.
Banyak 'alibi' yang mungkin bisa gw buat untuk gw bicarakan ke mereka. Jujurpun gw bisa.
Namun tak sampai hati gw mengutarakan, dan memberi pengertian.
Smua gw biarkan begitu saja karna smuanya bukan hak gw. 
--
Mungkin salah gw.
Salah gw yang selama ini belum mengucapkan 'terima kasih' ke mereka.
Mungkin gw patut meminta maaf juga karna banyak kesalahan gw yang gw nggak sadari.
--
Okay,
buat kalian guys, makasih, gue minta maaf. sukses selalu. gw slalu berdoa buat 'kalian' :')